SEGA resmi mengonfirmasi bahwa mereka akan mulai memanfaatkan teknologi AI untuk mendukung proses pengembangan game, namun tidak serta-merta mengikuti tren besar-besaran. Perusahaan raksasa asal Jepang itu menegaskan bahwa penggunaan AI akan diterapkan secara hati-hati, terutama pada aspek kreatif yang sensitif.
Pernyataan ini muncul dalam sesi tanya jawab laporan finansial Q2 FY 2026 yang digelar pada 9 Desember 2025.
Efisiensi Jadi Fokus, Bukan Sekadar Ikuti Tren
Saat ditanya apakah SEGA akan mengikuti tren industri menuju proyek game dengan skala pengembangan super besar, yang biaya produksinya terus meningkat, SEGA menjelaskan bahwa mereka memilih pendekatan berbeda.
“Daripada sepenuhnya mengikuti tren pengembangan skala besar, kami juga akan mengupayakan peningkatan efisiensi, seperti memanfaatkan AI,” jelas SEGA.
Namun, mereka juga mengakui bahwa pemanfaatan AI di industri kreatif sering mendapat resistensi, terutama pada proses pembuatan karakter, dunia, atau narasi yang biasanya sangat bergantung pada sentuhan manusia.
Karena itu, SEGA berjanji akan sangat cermat dalam menentukan kapan dan bagaimana AI akan digunakan. Tujuan utama mereka adalah efisiensi, seperti mempercepat proses tertentu atau menyederhanakan tahapan pengembangan tanpa menggantikan inti kreativitas tim kreatif.
AI Sudah Jadi Tren, Namun Banyak yang Masih Ragu
Pernyataan SEGA ini sejalan dengan laporan-laporan industri sebelumnya:
Survei GDC, Januari 2024
- Hampir 50% developer sudah pakai AI generatif di tempat kerja.
- 84% lainnya mengaku khawatir dengan dampak penggunaan AI.
- Penggunaan AI tersebar di berbagai divisi:
- Bisnis & finansial (44%)
- PR & komunitas (41%)
- Produksi & manajemen (33%)
- Pemrograman (25%)
- Desain game (21%)
- Narasi (13%)
- Visual art (16%)
- Audio (14%)
- QA (6%)
Survei CESA, September 2025
- 51% perusahaan game di Jepang sudah menggunakan AI generatif dalam pipeline pengembangan.
Dengan data ini, terlihat jelas bahwa penggunaan AI bukan lagi masa depan, melainkan realitas sekarang. Namun resistensi dari sisi kreatif tetap menjadi isu yang belum selesai.
Ke Depan: AI Sebagai Alat, Bukan Pengganti Kreator
Keputusan SEGA menempatkan AI sebagai alat efisiensi, bukan pengganti insan kreatif, menjadi sinyal positif bagi industri. Pendekatan ini menunjukkan bahwa perusahaan besar seperti SEGA memilih jalur middle ground: memanfaatkan kekuatan teknologi baru tanpa mengorbankan identitas kreatif yang sudah mereka bangun selama puluhan tahun.
Untuk sekarang, SEGA belum merinci penggunaan AI di proyek spesifik. Namun dengan semakin banyaknya publisher besar yang masuk ke teknologi ini, tampaknya diskusi tentang AI dan kreativitas dalam industri game akan jadi topik panas di tahun-tahun mendatang.

