RRQ Tersingkir dari GOTF 2025: Bukan Sekadar Kalah, Ini Tiga Alarm Serius untuk Sang Raja

Rayhan Raysidi

December 22, 2025

Tersingkirnya RRQ Hoshi dari ajang Games of the Future (GOTF) 2025 langsung memantik perbincangan hangat di komunitas Mobile Legends Indonesia. Bukan hanya karena status RRQ sebagai salah satu ikon terbesar MLBB Tanah Air, tetapi juga karena kekalahan ini membuka kembali diskusi lama soal arah permainan dan kesiapan mereka di level internasional.

Datang dengan ekspektasi tinggi, RRQ sejatinya tidak tampil buruk secara mekanik. Mikro play masih kompetitif, eksekusi teamfight pun rapi di banyak momen. Namun di panggung sekelas GOTF 2025, detail kecil, keputusan makro, dan keberanian mengambil risiko justru menjadi pembeda utama. Di sinilah RRQ mulai tertinggal.

Kegagalan ini bukan sekadar hasil negatif, melainkan alarm penting bahwa ada persoalan mendasar yang perlu segera dibenahi jika RRQ ingin kembali bersaing di level global.

Tiga Faktor Utama di Balik Gugurnya RRQ di GOTF 2025

1. Kehilangan Inisiatif Permainan

Masalah paling menonjol dari performa RRQ di GOTF 2025 adalah minimnya inisiatif. Saat banyak tim mulai bermain agresif dan menekan sejak early game, RRQ justru kerap menunggu momentum datang dari lawan.

Melawan DFYG, perbedaan tempo permainan terlihat jelas. RRQ kerap berada dalam posisi reaktif, dan hal ini berpuncak pada kekalahan dengan skenario reverse sweep, di mana momentum sepenuhnya berpindah ke tangan lawan.

Di level turnamen internasional, strategi menunggu kesalahan lawan sudah tak lagi efektif. Tanpa keberanian mengambil inisiatif, kontrol permainan perlahan namun pasti akan lepas.

2. Ketergantungan Berlebih pada Idok

Faktor kedua yang tak kalah krusial adalah beban inisiasi yang terlalu besar pada Idok. Hampir seluruh skema RRQ bertumpu pada pergerakan sang roamer untuk membuka war dan memulai teamfight.

Saat Idok berhasil menemukan celah, RRQ terlihat solid dan percaya diri. Namun ketika ia gagal melakukan inisiasi atau tertangkap lebih dulu, struktur permainan RRQ langsung runtuh. Minimnya opsi inisiasi alternatif membuat RRQ mudah dibaca dan dipatahkan oleh lawan.

Di level tertinggi, variasi cara membuka permainan adalah kebutuhan mutlak dan ini yang belum dimiliki RRQ secara konsisten.

3. Tertinggal dalam Adaptasi META

Masalah terakhir adalah adaptasi terhadap META terbaru. Saat tim-tim lain tampil dengan pendekatan yang lebih segar dan agresif, RRQ terlihat masih mencari bentuk.

Fokus untuk membangun ulang chemistry roster dan memulihkan mental pasca kegagalan MPL ID Season 16 memang bisa dimengerti. Namun konsekuensinya, eksplorasi META terkini menjadi kurang maksimal.

GOTF 2025 kembali menegaskan bahwa stabilitas internal saja tidak cukup. Membaca, mengantisipasi, dan mengeksekusi META terbaru adalah faktor krusial di turnamen seketat ini.

Bukan Akhir, Tapi Cermin Penting

Gugurnya RRQ di GOTF 2025 bukanlah akhir dari segalanya. Namun hasil ini menjadi cermin besar bahwa pembenahan inisiatif permainan, distribusi peran, dan adaptasi META harus segera dilakukan.

RRQ masih punya modal besar nama besar, basis fans kuat, dan pemain berpengalaman. Tinggal bagaimana mereka menjawab alarm yang muncul dari kekalahan ini. Jika tidak, tekanan publik dan ekspektasi tinggi justru bisa berubah menjadi beban berat di musim-musim mendatang.

Leave a Comment

Optimized by Optimole